Puisi begitu memukau; tertulis singkat namun memiliki makna luas, disebabkan pemilihan kata yang padat secara bahasa, maka puisi pun tidak lagi berada dalam posisi antara imajinasi dan realitas. Pembaca akan terserap dalam dunia tersendiri dari puisi itu. Dunia peristiwa dari kata-kata. Begitu pun dengan penyairnya, jika ia tidak berjarak dengan realitas; pengalaman hidupnya menjadi daya pikat dan bisa jadi ia pun tidak sedang menulis puisi, tetapi pengalaman hidupnya itu yang sedang menulis puisi bagi penyairnya. Itulah mengapa sering kali, puisi-puisi memiliki kedekatan emosional bagi pembacanya dari penyair-penyair tertentu, seolah puisi yang tertulis mewakili perasaan mereka. Tidak hanya bagi pembaca, untuk penyairnya pun sangat kental balutan emosional, seolah-olah ia tengah membaca peristiwa-peristiwa kehidupan.
Dua penyair dalam buku ini; Asmariah dan Ngakan Made Kasub Sidan sedang mengalami dalam ruang kegelisahan yang sama, yaitu megunjungi tempat-tempat yang sekaligus memberikan percakapan pada ruang-ruang sunyi mereka sehingga puisi-puisinya memiliki kedekatan; dari tema, diksi dan metafor yang pada akhirnya menginspirasi penerbit untuk dipublikasikan ke khalayak umum.
Dua penyair ini sedang berdialog melalui puisi, sehingga para pembaca dapat menemukan benang merah bahwa, puisi bukan saja persoalan pribadi, akan tetapi sebuah karya yang dapat menunjukan peristiwa-peristiwa umum, begitu pun sebaliknya.
Buku ini juga dapat menjadi semacam ‘kelahiran’ kembali yang pada tahun 60an sempat populer, kolaborasi antar penyair atau penulis puisi dalam satu buku. Selamat atas terbitnya buku ini, dan selamat membaca.
Ulasan
Belum ada ulasan.