Menulis cerpen yang ringkas, padat dan lugas tidak mudah diterapkan oleh pengarang. Perlu diketahui menulis cerpen bukan sekadar berkisah. Kesadaran pengarang akan tehnik penyampaian kisah pun diuji, misalnya penggunaan alur, pemunculan konflik dan mengakhiri cerita dapat dikemas dengan lentur. Bagaimanapun juga, cerpen (sastra) bukanlah sastra popular yang sekali baca, lenyaplah sentuh kritik kita pada karya itu. Cerpen dapat memperlihatkan kecerdasan penulisnya. Ada siasat yang diciptakan dan coba diterapkan penulis, dan itu tentu saja lahir lantaran penulis itu tidak kehilangan kreativtas. Dari sudut cerpen itu sendiri, kita berjumpa dengan semacam karakteristik khas. Hal-hal seperti itu bisa kita temukan pada buku ini, karya yang mengutamakan bahasa sebagai media penyampai sebuah kisah dengan teknis kepenulisan yang rapi dan mengejutkan.
Tentu saja, setiap penulis memiliki proses kreatifnya sendiri ketika menulis sebuah naskah. Bisa saja, dimulai dengan munculnya ide. Dengan kata lain, ada semacam pusat tema dalam pikirannya yang mendasari lahirnya sebuah karya atau naskah. Kemudian, tema itu diurai menjadi bahan-bahan untuk menulis. Ada pula penulis yang terdorong menulis karena melihat keadaan sekitar, peristiwa-peristiwa yang berseliweran melintas di hadapannya. Bisa juga penulis menulis dari gejolak batinnya. Kegelisahan-kegelisahan yang berkecamuk dalam hati mereka, berupa; kerinduan, patah hati, cinta atau kegagalan-kegagalan.
Semua lahir, tentu tidak dengan tiba-tiba. Semua itu dituliskan dalam proses yang panjang, sebab sejatinya karya yang terlahir dari proses yang panjang akan hidup dalam lingkaran pembaca-pembacanya. Selamat Membaca.
Reviews
There are no reviews yet.