Siapa pun dengan latar budaya etnik mana pun, sejauh tidak hendak menjadi Si Malin Kundang yang berkhianat pada ibu budayanya, selalu ia punya kesadaran kultural yang pemantiknya bersumber pada akar tradisi leluhur. Kesadaran itu tidak dimaksudkan hendak memuja dan mengibarkan keagungan masa lalu, tetapi justru coba merevitalisasi dan mengaktualisasikannya untuk tujuan masa kini dan masa depan. Itulah sebenarnya tugas kebudayaan masyarakat etnik kita yang tersebar di seluruh Nusantara.
Mezra E. Pellondou menyadari panggilan dan tugas kebudayaannya. Oleh karena itu, ia coba berbuat dan bertindak mempelajari dan memaknai kebudayaan leluhur. Sebesar atau sekecil apa pun kontribusinya, bukanlah hal yang penting. Sebab, tujuan utamanya adalah mengejawantahkan perannya dalam kehidupan sosial sambil menggemakan kekayaan tradisi budaya leluhur yang patut ditempatkan secara semestinya. Pesan itulah yang segera dapat kita tangkap dari buku antologi puisinya. (Maman S Mahayana – Kritikus Sastra)
Buku ini sedang membawa kita pada sebuah kebudayaan yang sangat klasik; khususnya kain tenun dari Nusa Tenggara. Mezra memang lihai sebagai penyair membidik hal-hal yang bersifat estetik dan unik untuk dijadikan tulisan yang puitik. Ia seolah memiliki misi untuk mengenalkan kebudayaan tenun ke seluruh Indonesia, bahkan dunia. Ia sadar bahwa melalui puisi, kain-kain tenun itu dapat menjelma kata-kata yang mudah dikenalkan. Tidak hanya itu, ia menyadari bahwa semua kain tenun itu tidak serta merta dibuat sebagai hiasan tubuh, atau menutup tubuh. Namun, setiap coraknya memiliki kekuatan filosofis dan dapat menunjukan status sosial seseorang.
Puisi-puisi dalam buku ini bukanlah puisi yang biasa. Diksi-diksi bermuatan kearifan lokal hadir menunjukkan simbol-simbol makna. Buku yang sangat penting dimiliki oleh semua kalangan. Selamat, dan terus kreatif! (Nana Sastrawan – Penulis)
Reviews
There are no reviews yet.