Novel Perjalanan karya Muchwardi Muchtar mengajak pembaca untuk menikmati kisah yang terjadi di era manusia madani belum mengenal perangkat teknologi informasi yang bernama internet, handphone, dan medsos berupa FB, IG, WA, Twitter. Diawali dengan episode ketika tokoh aku dilepas dengan deraian air mata oleh ibunya ketika pamit merantau ke tanah seberang, dan diakhiri dengan linangan air mata ketika Gadis nekat berkunjung naik ke kapal yang membangkitkan berkas cinta mereka yang sudah lama dikubur.
Banyak kejutan — membuat kita tersentak— dari bab demi bab dalam novel, sehingga ia menjadi sebuah kesatuan dari perjalanan hidup sang tokoh. Paling tidak sebagai seorang pekerja yang lama berdinas di sebuah BUMN (dimana separuh dari kariernya di BUMN tersebut dilakukannya di kapal laut yang melanglangbuana lintas samudra), dari novel ini pembaca menjadi tahu bahwa kehidupan di “dunia laut” itu memang tidak seindah di “dunia darat” (kantor). Dan itu dikisahkan dengan rinci penuh satire oleh Edward Tator (tokoh utamanya).
Cinta, kesedihan, amarah, kejujuran, persahabatan, kebahagiaan dan ketakwaan yang dialaminya dalam “perjalanan” sampai ia menemukan tambatan hati, diceritakan secara sambung bersambung.
Secara rinci pelakunya mengisahkan kehidupan anak manusia yang sehari-harian berada di “dunia yang terpencil” di tengah samudra nan luas. Sebagai seorang penyair yang mantan pelaut dan pernah jadi wartawan, kaidah “5W+H” : Apa yang terjadi, Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu, Mengapa hal itu bisa terjadi, Kapan peristiwa itu terjadi, Di mana peristiwa itu terjadi, dan Bagaimana peristiwa itu terjadi? dijawab dengan tuntas melalui 48 bab dalam novel. Catatan kaki yang dilampirkan penulisnya di halaman bawah novel seakan menjadikan kisah yang dibaca bagai karya ilmiah.
Ulasan
Belum ada ulasan.