Kerap kali perempuan selalu dijadikan sebuah objek, bahan perbincangan tiada akhir; kesensitifannya, hingga ada yang terpaksa keluar dari fitrah sebagai perempuan. Banyak orang mengatakan bahwa usia hanya sekadar angka, tapi angka kelajangan perempuan di negeri ini selalu menjadi keprihatinan, apalagi usia perempuan-perempuan yang sudah cukup matang untuk menikah, namun belum juga menikah. Mereka tersedot pada rasa takut, rasa independent, atau alih-alih mati rasa. Sedikit sekali yang mengetahui perasaan perempuan dibalik rasa takutnya menikah, dibalik jiwa yang terlalu independent, hingga faktor yang membuat perempuan itu mati rasa. Yang kendatinya hal ini dianggap menjadi sebuah keburukkan dari fitrah perempuan itu sendiri.
Dalam buku ini, memaparkan sebuah kisah dari seorang yang belum menikah, sudah menikah, sudah bercerai, belum punya anak, dan sudah punya anak. Yang mengalami traumatis masa lalu, mengalami KDRT verbal, laki-laki yang mengalami infertilitas, perempuan yang memiliki Miom, atau perasaan laki-laki yang dipaksa poligami. Serta kisah-kisah dibalik stereotip masyarakat atas suatu hubungan, yang berharap buku ini bisa diterima perempuan dan laki-laki untuk menjaga kesehatan fisik dan mental dalam menjalin hubungan atau sedang menuju suatu hubungan. Agar bisa open minded atas stereotip buruk terhadap laki-laki dan perempuan, karena kendatinya laki-laki dan perempuan sudah punya kedudukan masing-masing sesuai porsinya.
Novel ini memberikan ruang dialog bagi pembaca; bahwa kenyataannya seorang perempuan membawa sumbangsih pada peradaban manusia di kehidupan ini.
Ulasan
Belum ada ulasan.