Kisah Chairil Anwar dengan segala hal tentang sepak-terjang kepenyairan dan sikap berkeseniannya adalah sebuah legenda. Dalam perjalanan hidupnya yang pendek itu (26 Juli 1922—28 April 1949), ia berhasil menanamkan pohon kreativitas yang hingga kini masih terus berkembang-berbuah. Bahwa pohon kreativitas yang berupa sejumlah puisi dan esai-esainya itu sampai sekarang masih terus berbunga—berbuah, sangat mungkin lantaran Chairil Anwar sendiri menanamkannya sebagai sikap hidup. Dan itu diperlihatkannya dalam wujud perbuatan, dalam karya-karyanya. Jadi, hampir semua buah karya Chairil Anwar laksana merepresentasikan sikap hidup, gagasan, dan perbuatannya. Dengan demikian, usaha memahami sosok penyair binatang jalang ini secara lengkap, tidak dapat lain, kita mesti menelusuri ketiga hal itu—sikap hidup, gagasan, dan segala perbuatan dalam masa hidupnya yang pendek itu. Ketiganya berjalin-kelindan, dan ketika kita coba menelusuri salah satunya, kita seperti didesak-paksa mencantelkannya dengan dua hal yang lainnya.
Sikap hidup Chairil Anwar yang paling banyak disoroti para pengamat sastra adalah hasrat mencipta yang didasari oleh semangat kebebasan, tanpa sekat isme, konvensi, dan segala bentuk pemasungan kreatif. Bisa jadi faktor inilah yang membawa Chairil Anwar berada pada jajaran penyair papan atas di Indonesia, apalagi di tahun-tahun itu sikap hidupnya pun membawa pengaruh pada perlawanan penjajah di negeri ini.
Pada 26 Juli 2022, genap sudah 100 tahun usia Chairil Anwar jika ia masih hidup, semua warga bangsa ikut merayakan usia tersebut, khususnya kalangan sastra dengan menulis puisi bersama sebagai wujud merayakan sikap hidup Chairil Anwar yang semakin tumbuh dan melekat dari generasi ke generasi di negeri ini. Semoga dengan terbitnya buku ini pun, semangat berkarya yang dimiliki oleh Chairil Anwar ikut menyebar ke berbagai kalangan di negeri ini.
Ulasan
Belum ada ulasan.