Kesadaran terhadap ruang dan waktu adalah obsesivitas pribadi aku-lirik di dalam puisi-puisi Bagus Likurnianto. Kemarin, hari ini dan esok senantiasa dipertanyakan eksistensinya oleh aku-lirik, sampai batas yang paling ekstrim, dia mempertanyakan, “Amaya, Kita ini Siapa?”. Itulah buah dari pertanyaan-pertanyaan eksistensial aku-lirik di dalam banyak puisinya, sebagaimana sebuah “Pawon”, yang telah membakar keheningan dalam dada: telah kami bakar keheningan dalam dada / kayu yang semula pernah jadi tubuhmu/ menabahkan nyala-nyala doa/ segala peristiwa.
Dengan obsesivitas eksistensial tersebut, aku-lirik di dalam perpuisian Bagus Likurnianto memasuki ruang demi ruang kehidupan, dari waktu ke waktu. Akan tetapi, apakah dengan mempertanyakan terus-menerus eksistensi ruang dan waktu justru merupakan penanda dari suatu petanda kegagalan pribadi aku-lirik di dalam ruang-waktu puisinya (hidupnya)?
Melalui kumpulan puisi ini, peristiwa kehidupan, dari cinta ke cita, dari diri hingga ke Tuhan, disajikan untuk dibaca, dipahami, diterjemahkan, ditafsiri, dan dijelaskan secara lirik naratif. Itulah pilihan ekspresi pengucapan banyak puisi karya Bagus Likurnianto yang dapat dikategorikan sebagai puisi yang berhasil memiliki karakter membangun puitikanya.
Reviews
There are no reviews yet.