Ketika Chairil Anwar mengatakan sebuah puisi adalah sebuah dunia, meski ia tidak memberikan penjelasan yang lebih mendalam, namun kesan otonomi puisi terhadap realitas mulai muncul. Teori-teori tentang puisi dari berbagai kalangan semakin deras mewarnai keotonomian puisi.
Menemukan sebuah dunia dalam puisi dapat kita mulai dengan teks puisi. Pemahaman pada pembacaan teks puisi diharapkan menghadirkan dunia baru yang dilahirkan dari kecerdasaan membaca. Ketika membaca puisi, tentu saja penyair dianggap telah mati agar pembaca dapat dengan leluasa merasuki puisi-puisi itu kemudian dengan leluasa pula mengumumkan ke publik hasil telaah bacaannya.
Dalam lomba cipta puisi yang diselenggarakan oleh penerbit Hyang Pustaka tahun 2025, tentu saja menggunakan apa yang dikatakan oleh Chairil Anwar, mencari sebuah dunia pada puisi-puisi yang terkumpul dengan membacanya. Puisi-puisi yang terkumpul dan masuk ke meja redaksi diciptakan oleh penyair dari berbagai kalangan dan profesi, dari yang muda sampai orang tua, sehingga istilah ‘penyair telah mati’ ketika membaca puisi-puisi itu sangat diperlukan untuk mulai masuk kepada pemaknaan teks puisi.
Tema puisi lomba cipta puisi Hyang Pustaka tahun 2025 ini adalah ‘Indonesia Satu Untuk Semua’ sebuah usaha untuk menghadirkan Indonesia dalam dunia puisi disaat Indonesia semakin tumbuh menuju negara maju.



Ulasan
Belum ada ulasan.