Kesungguhan menulis puisi tidak selalu berusaha mempersulit pembaca dengan usaha merumitkan sintaksis atau metafora yang maknanya hanya si penyair itu sendiri yang mengetahuinya. Puisi yang baik—meski cenderung sebagai puisi gelap (katakanlah demikian) tetap mempertimbangkan jalur ikatan imaji yang memungkinkan pembaca dapat masuk untuk menyelami puisi itu sendiri. Tetapi, bukan berarti puisi-puisi yang receh, gombalan, atau sekadar menuangkan perasaan. Penyair yang baik—juga akan mempertimbangkan kualitas bahasanya dalam puisi sehingga menjadikan puisi itu tetap estetik.
Semangat berpuisi semacam itu dapat kita rasakan pada puisi-puisi di buku ini. Ada gejolak perasaan; marah, senang, sedih, jatuh cinta, rindu dan lainnya namun dikemas dengan pemilihan diksi yang apik untuk mencapai klimaks pembaca. Meskipun dengan kesadaran masih banyak ditemukan puisi-puisi yang terlalu dekat dengan kehidupan penyairnya, hingga maknanya sangat jelas dan terkesan curhat. Namun, pada bagian ini dapat dimaklumi sebagai proses kreatif menuju puisi yang kokoh dan berkarakter sesuai dengan gaya penyairnya.
Paling tidak, puisi-puisi dalam buku ini pun bisa menjadi semacam inspirasi bagi pembaca untuk menjalani kehidupan ini dengan sikap optimis, belajar dari kehidupan dan menjadi penyemangat hidup. Selamat berkreativitas melalui bahasa.
Ulasan
Belum ada ulasan.