Puisi itu ibarat candu. Sekali diteguk maka akan menjelma darah dan mengalir ke sekujur tubuh. Wawan Hamzah Arfan telah membuktikannya pada puisi-puisi di buku ini, bagaimana setiap harinya ia menangkap peristiwa untuk diubah menjadi kata-kata. Tidak hanya itu, gerak tubuh dan laku hidupnya menggiring pada sebuah dunia, yaitu puisi. Kebahagiaan, kesedihan, kerinduan, kegalauan, amarah, kegelisahan menjelma puisi. Ia tak ingin ditinggal oleh metafora, oleh sebuah momen yang memberikan isyarat pada batinnya. Ya, puisi baginya telah bersarang di dalam ruang hati, hingga dengan mudah ia dapat mengolahnya menjadi satu jalan, sebuah tujuan untuk mencapai kebenaran hakiki.
Terbaca jelas bahwa puisi-puisi dalam buku ini memberikan tanda untuk khalayak bahwa ia (penyair) bukan sedakar mencurahkan hati. Larik demi lariknya pada puisi Wawan membuat gemetar, gusar, gundah, jatuh cinta, cemburu, marah bahkan mengumpat. Pengalaman hidup yang telah dijalaninya menjadi begitu dinamis untuk diurai, bahwa kehidupan ini memang tidak sekadar dijalani, tapi ada isyarat yang dinanti yang akan membuka gerbang hidup ini ke alam yang lebih terbuka. Itulah mengapa puisi-puisi dalam buku ini layak untuk dibaca, digali dan ditafsirmaknai agar pesan yang terkandung di dalamnya menjadi hikmah bagi khalayak umum.
Penyair Wawan Hamzah Arfan memang tidak pernah menyerah untuk berpuisi, selamat!
(Nana Sastrawan – Penulis)
Ulasan
Belum ada ulasan.