Gaya penuturan yang mengalir, pilihan kata yang irit dan tepat (puitis, tidak bombastik) serta penentuan posisi atau sikap pencerita yang tidak menggurui, menggiring, atau memprovokasi pembaca, merupakan kekuatan cerpen-cerpen ini. Cerpen-cerpennya, menurut hemat saya, bukan saja berhak mendapat pujian, melainkan juga layak dijadikan sebagai bahan kajian.
—Dr. Sunu Wasono, M. Hum, kritikus, dosen sastra UI—
Tidak heran jika cerpen-cerpen di buku ini menjadi begitu nikmat dibaca, bahkan bisa memberikan nilai-nilai yang edukatif sebagai bahan perenungan panjang. Ia (penulis) dapat meramu berbagai macam peristiwa dengan jeli di dalam ceritanya, pada tulisan fiksi ini sehingga dapat memengaruhi pikiran untuk menyetujui bahwa peristiwa-peristiwa itu benar terjadi pada dunia realitas. Narasi-narasi di setiap cerpennya memang mengungkapkan berbagai macam tema, tetapi dapat ditemukan benang merahnya, bahwa di sekitar kita masih saja ditemukan ketidakadilan, keserakahan, keterbatasan dan keterpurukan. Akan tetapi, ia seolah tidak ingin hal-hal seperti itu menjadi suatu halangan untuk bangkit menuju kebahagiaan, menjadikan kebenaran di atas segalanya.
—Nana Sastrawan, penulis—
Seru membacanya! Cerita-cerita dengan tehnis kepenulisan yang matang menjadikan hal yang biasa saja menjelma sesuatu yang lain. Tidak diragukan, ketika membaca cerpen-cerpen di buku ini akan menemukan klimak dan tentu saja bisa menjadi inspirasi bagi yang lain.
—Mae, penulis—
Ulasan
Belum ada ulasan.