Membaca puisi adalah membaca seluruh!
Pernyataan yang ditulis oleh Dee Hwang membuat saya kembali membaca puisi-puisinya dalam buku ini. Ya, puisi memang memiliki ruang sempit, hanya beberapa bait atau selembar kertas akan tetapi memiliki ruang tafsir yang sangat luas. Ia (puisi) merekam sesuatu yang detail namun tergambar tak berurut, menampilkan sesuatu yang utuh namun terpisah-pisah. Itulah keunikan dari puisi. Khususnya pada puisi-puisi dalam buku ini. Dee Hwang seolah sedang bermain-main dengan kata-kata, tetapi tidak sedang mempermainkan perasaan. Puisi-puisinya seolah lahir dari masa yang panjang, yang telah mengakar pada hatinya sendiri.
Pada buku ini, ia sedang menawarkan sesuatu pikiran dari peristiwa-peristiwa masa lalu akan tetapi menjadi pikiran-pikiran baru tentang persoalan kehidupan ini. Bisa jadi tentang cinta, kesendirian, luka, kritik sosial atau suatu pencapaian religius. Keterasingan pun baginya bukan sesuatu yang menyesatkan, ia mengolahnya menjadi kalimat-kalimat bernas untuk dimaknai, bahwa segalanya akan baik-baik saja. Mungkin, karena ia adalah seorang ilustrator sehingga ‘wujud’ atau ‘bentuk’ adalah sesuatu yang dapat dinikmati dari berbagai sisi sehingga dalam memandang hidup ini pun, begitu renyah ia menguyahnya lewat untaian kata. Ya, semuanya telah menjadi seluruh dalam buku ini.
Buku ini pun dilengkapi dengan ilustrasi surealias di beberapa puisinya. Selamat kepada penulis, selamat kepada pembaca.
Ulasan
Belum ada ulasan.