Tidak berlebihan jika puisi-puisi Gusti Fahriansyah memiliki mata yang tajam dalam membidik segala peristiwa-peristiwa yang terjadi. Ia mengamati hal-hal yang terjadi di sekitarnya, bahkan berita-berita di televisi tidak luput dari penglihatannya. Ya, puisi bisa juga sebagai upaya untuk menyempurnakan sikap kemanusiaan bagi penulisnya. Hal-hal yang imajinatif berhadapan langsung dengan realitas, seiring kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi dan lainnya.
Puisi-puisi dalam buku ini seolah melengkapi sikap kemanusiaan itu dengan tema cinta, religius spiritual, protes sosial dan lain-lain. Penyairnya tidak ingin terlepas, dan terjebak pada diksi picisan yang hanya mengagumi persoalan cinta kasih antar pasangan, sebagai orang muda, ia telah mencapai suatu tempat yang dituju oleh para kreator puisi, sikap kemandirian di tengah gelombang kehidupan yang tak menentu.
Gusti Fahriansyah telah mewaspadai kenyataan, menghisap peristiwa sehari-hari dan memadatkannya dengan metafor-metafor dan berbagai ungkapan, dengan harapan akan menjadi daya ledak ketika dibaca, lalu melahirkan sesuatu yang bernas untuk zaman di masa depan, khususnya pada wilayah sastra.
Ulasan
Belum ada ulasan.