Jelas, bukan kebetulan jika kita berhadapan dengan puisi yang terasa hendak menumpahkan perasaan lewat sesuatu yang dekat dengan kehidupan. Manusia akrab berkomunikasi dengan objek yang dituju, lantas rela mengaitkan sejarah hidupnya dengan objek itu: sejarah, kebudayaan atau spiritualitas. Ahmadun Yosi Herfanda, seorang penyair yang dikenal dengan puisi-puisi kesufiannya ini telah melakukan itu semua dalam karya-karyanya. Di buku ini pun, ia memberikan ruang dialog dalam puisi-puisi yang bisa saja adalah sejarah hidup atau pengalaman spiritualnya.
Puisi, kerap dianggap sebagai ucapan bayangan batin penyair. Ketika ia terlibat secara emosional dalam sebuah peristiwa, boleh jadi jiwanya tak tenang. Ada gejolak yang bergerak begitu saja. Dalam bayangan batin itu tercermin gambaran yang jernih suara hatinya dalam memaknai hidup yang tak pernah sepi dari berbagai persoalan. Begitulah Subagio Sastrowardoyo berhujah. Bagi A. Teeuw, kekuatan puisi tidak hanya jatuh pada tema yang menunjukkan kekayaan dan keberanekaragaman pemaknaan persoalan hidup, melainkan juga bergantung pada bahasa dan cara mengungkapkan. Tentulah, ini dapat ditangkap oleh Ahmadun pada saat terjadi proses kreatif yang berkelindan dengan sentuh estetis. Terbukti, puisi-puisi yang diterbitkan kali ini memiliki keunggulan yang belum tentu ditemukan di buku-buku puisi Ahmadun sebelumnya; kekuatan tema, pemilihan diksi serta ungkapan-ungkapan yang dihadirkan memiliki kekuatan filosofis yang semakin kental kesufiannya.
Buku ini bisa dikatakan memuat puisi-puisi pilihan Ahmadun Yosi Herfanda yang tercipta dalam kurun waktu lima tahunan yang sangat tidak bisa terlewatkan untuk dibaca. Karya yang sangat luar biasa. Selamat Membaca.
Ulasan
Belum ada ulasan.