Dalam menulis puisi, niat penyair menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan diksi atau metafor. Dan, dengan niat, penyair tidak mudah menyerahkan puisinya pada kata-kata; ia akan konsisten membidik satu tema atau objek untuk terus digali menjadi puisi, menjadi gerakannya dalam berpuisi. Untuk konsisten pada niat itu, tentu saja bukan berpegang pada kamus bahasa, melainkan pada rasa diri, pada kehidupan yang akan memuluskan niat penyair menyelesaikan puisi-puisinya.
Niat itu dapat menghidupi Jufriadi untuk terus menulis puisi dan menyelesaikan puisi-puisinya. Pada buku ini, ia fokus membidik satu objek sebagai proses kreatifnya menulis puisi. Ya, ia banyak membicarakan seorang sosok perempuan yang telah melahirkannya ke dunia; ibu. Pada puisi-puisinya ia terus menggali sosok ini, sehingga ia menemukan puisi-puisinya. Ia tidak ingin menyerah pada kata-kata, tapi ia terus berusaha menghadirkan kata-kata pada sosok ibu.
Inilah puisi yang diusung olehnya, bahwa dengan rasa cinta yang tinggi pada sosok ibu, ia bisa melahirkan puluhan, bahkan ratusan puisi. Tentunya, ia akan terus berproses menulis puisi, sehingga niat dalam menulis puisi tidak hanya hadir pada tema, melainkan niat pada bahasa yang semakin terasah dalam menulis puisi
Ulasan
Belum ada ulasan.